Jubir Reisa: Terapkan 3M dalam Keseharian Agar Putus Mata Rantai Pandemi

Jakarta,Metrodua.com – Juru Bicara (Jubir) Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Reisa Broto Asmoro, menyampaikan kepada masyarakat untuk menerapkan 3M dalam keseharian dan lebih baik di rumah saja agar memutus mata rantai pandemi yang harus dilakukan secara bersamaan di seluruh Indonesia.

Data Kementerian Kesehatan per 18 September 2020, menurut Reisa, penambahan pasien sembuh hari ini tercatat paling tinggi sejak kasus pertama di umumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Maret lalu yakni mencapai 4.088 kasus.

“Saat ini angka kesembuhan semakin baik berada di kisaran 71%, artinya 7 dari 10 orang yang terpapar dari Covid-19 telah sehat dan produktif kembali,” ungkap Reisa saat jumpa pers di Kantor Presiden, Provinsi DKI Jakarta, Jumat (18/9).

Total pasien sembuh, menurut Reisa, sudah mencapai 170.774 kasus dan untuk kasus aktifnya ada 56.409 kasus. Ia juga menyatakan dari data-data itu menunjukkan bahwa saat ini pasien positif yang sedang dirawat kurang dari 1/3 total kasus yang ada.

Sekadar mengetahui, tambah Reisa, kasus aktif itu adalah jumlah pasien yang saat ini dalam perawatan atau isolasi kaenanya kondisi baik ini harus dipertahankan dan ditingkatkan. “Yang utama bagi kita semua adalah memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Mari terus biasakan diri dengan menerapkan protokol kesehatan yang benar,” imbaunya.

Presiden Jokowi, kata Reisa, sudah mengingatkan, agar pemerintah daerah tidak asal-asalan dalam mengambil keputusan. Menurut Reisa, Presiden meminta Pemda menggunakan data sebaran kasus dalam mengambil keputusan dan juga meminta untuk mencegah penularan dengan cara membatasi kegiatan.

“Jadi apabila daerah, kabupaten/kota, tempat kita tinggal, mencatat adanya transmisi lokal, kita sebaiknya membatasi kegiatan. Untuk informasi, transmisi lokal adalah penularan yang berasal dari dalam wilayah itu sendiri,” jelas Reisa.

Dalam menekan penyebaran Covid-19, menurut Reisa, Pemerintah telah melaksanakan langkah 3T yaitu testing, tracing dan treatment. Dalam konteks tracing atau pelacakan, Reisa sampaikan bahwa Kemenkes telah menemukan lebih dari 1.000 klaster.

Disampaikan Reisa bahwa klaster sendiri dapat terjadi di rumah, tempat kerja, atau di tempat kerumunan lainnya. Ia menambahkan bahwa biasanya diawali salah satu orang yang positif dan tidak menerapkan protokol kesehatan yang ketat, lalu menularkan orang-orang di sekitarnya.

“Klaster bisa terjadi dimana saja, tidak hanya di perkantoran, bisa terjadi di berbagai komunitas termasuk rumah tangga,” jelasnya. Ia mengingatkan masyarakat menerapkan 3M, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menjauhi kerumunan.

Untuk testing, Reisa sampaikan bahwa jumlahnya semakin meningkat per haridan data Kemenkes mencatat lebih dari 10 ribu tes per 1 juta penduduk sehingga perlu diapresiasi bagi masyarakat yang mendukung penuh.

Soal treatment, Reisa sampaikan juga telah diupayakan penanganan pasien Covid-19 dilakukan dengan terbaik dan pola perawatan di berbagai fasilitas kesehatan pun sudah dilakukan secara optimal.

“Jadi kompak dan disiplin yuk, kita kan orang Indonesia, warga dunia yang luar biasa dan orang Indonesia optimis, bisa, Pemerintah 3T, kita 3M, Indonesia pasti bisa!” ajak Reisa . (Red/LN). (Tim Komunikasi Komite Penanganan Covid-19 dan PEN/EN)

Komentar